Saat
ini perkembangan teknologi di Indonesia dan di dunia pada umumnya mampu
berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi ini merambat pada segala
bidang kehidupan termasuk dalam hal komunikasi. Sistem komunikasi sendiri
merupakan suatu konsep dimana dalam komunikasi tersebut terdapat makna
dari suatu informasi, dan yang memiliki nilai dan tujuan untuk mencapai
sesuatau yang diinginkan. Dalam sebuah sistem komunikasi tersebut mengandung
sebuah informasi yang diinginkan oleh komunikan, informasi tersebut
berbeda-beda sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Hingga kini
informasi dijadikan sebuah bisnis yang
cukup menjanjikan oleh para business man maupun para penguasa guna untuk
bermain politik di dalamnya. Salah satu cara penyampain informasi tersebut
menggunakan televisi, karena televise merupakan suatau teknologi yang hampir
setiap rumah memiliki sebuah teknolgi ini.
Televisi
memiliki sebuah program-program acara yang mengundang masyarakat untuk lebih
tertarik menonton program acara tersebut. Apa yang di sampaikan oleh TV
memiliki niali bisnsi yang bergantung pada rating acara itu sendiri, melalu
televise pula banyak para biro iklan menggunakan media televise untuk
mengenalkan suatu produk baru kepada masyarakat luas. Oleh sebab itu, informasi
pada saat sekarang ini bisa saja menjadi kekuatan bagi seseorang. Dengan
kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi, seseorang bisa memanfaatkan
informasi tersebut menjadi kekuatannya. Maksudnya, kemampuan itu bisa digunakan
untuk kepentingan ekonomi maupun politik.
Berdasarkan hasil survey dinyatakan bahwa
saat ini penggunaan perangkat TV di Indonesia cukup tinggi dibandingkan media
informasi lain, yaitu 55% dari seluruh jumlah keluarga di Indonesia itu
memiliki TV atau terdapat 40 juta pemirsa TV, maka dapat dinyatakan bahwa media
TV merupakan sarana yang paling tepat untuk digunakan sebagai distribusi dan
diseminasi informasi di Indonesia.
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi
terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara,
baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna.
Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin,
sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang
menggunakan media visual/penglihatan.”
Saat ini sudah memunculkan teknologi
terbaru dari teknologi sebelumnya yaitu televisi analog yang disebut televisi
digital. Televisi digital (bahasa Inggris: Digital
Television, DTV)atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan
modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio dan
data ke pesawat televisi. TV Digital bukan berarti pesawat televisinya yang
digital, namun lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah sinyal digital atau
mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Televisi
resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi
digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan
surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV digital memiliki resolusi yang
jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton
melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field
yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali
standar analog PAL yang digunakan di televise analog. TV
Digital merupakan sebuah perkembangan teknologi di bidang elektronik. TV
digital memiliki kualitas gambar yang bagus, spektrum komunikasi lebih hemat.
Sedangkan
televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase
dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog. Sistem yang dipergunakan dalam
televisi analog NTSC (national Television System Committee), PAL, dan SECAM. Kelebihan signal digital dibanding
analog adalah ketahanannya terhadap gangguan (noise) dan kemudahannya untuk
diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error
correction code ).
·
Perbedaan TV Analog dengan TV Digital
Kualitas gambar dan suara
Siaran televisi digital terestrial menyajikan gambar dan suara
yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini
dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing
(OFDM) yang mampu mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog,
efek lintasan jamak menimbulkan echo atau gaung yang berakibat munculnya gambar
ganda (seakan ada bayangan).
Penyiaran televisi digital menawarkan kualitas gambar yang sama
dengan kualitas DVD, bahkan stasiun-stasiun televisi dapat memancarkan
programnya dalam format 16:9 (layar lebar) dengan standar Standard Definition
(SD) maupun High Definition (HD). Kualitas suara pun mampu mencapai kualitas CD
Stereo, bahkan stasiun televisi dapat memancarkan suara dengan Surround Sound
(Dolby DigitalTM).
Tahan perubahan lingkungan
Siaran televisi digital terestrial memiliki ketahanan terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk
penerimaan mobile TV), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak
terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog
saat ini.
Tahan terhadap efek interferensi
Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau
dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery)
terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman atau transmisi sinyal.
Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error
(error correction code) tertentu.
Efisiensi spektrum/kanal
Teknologi siaran televisi digital lebih efisien dalam pemanfaatan
spektrum dibanding siaran televisi analog. Secara teknis, pita spektrum
frekuensi radio yang digunakan untuk siaran televisi analog dapat digunakan
untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita
alokasi baik VHF maupun UHF. Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk
analog dan digital berbanding 1 : 6, artinya bila pada teknologi analog
memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi
digital untuk lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex dapat
digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus
dengan program yang berbeda tentunya. Dengan keunggulan ini, keterbatasan
jumlah kanal dalam spektrum frekuensi siaran yang menjadi penghambat
perkembangan industri pertelevisian di era analog dapat diatasi dan
memungkinkan munculnya stasiun-stasiun televisi baru yang lebih banyak dengan
program yang lebih bervariasi.
Perbedaan
yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital
terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin
jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar
menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang
jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat
diterima lagi. Selain itu
juga perbedaan antar Tv Analog dan Tv Digital pada
sistim tranmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia, masih menggunakan
sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier,
Sedangkan pada Pada sistim digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode
digital (diskret) baru di pancarkan.
Orang awam pun dapat
membedakan dengan mudah, jika TV analog signalnya lemah (semisal problem pada
antena) maka gambar yang diterima akan banyak ‘semut’ tetapi jika TV Digital yang
terjadi adalah bukan ‘semut’ melainkan gambar yang lengket seperti kalau kita
menonton VCD yang rusak. Kualitas Digital jadi lebih bagus, karena dengan
Format digital banyak hal dipermudah. Siaran TV Satelit dulu memakai Analog.
Sekarang sudah banyak yang digital. Tidak semua TV satelit memakai sistim
Digital. Di beberapa satelit Arab banyak yang memakai mode analog. Sebenarnya
untuk menerima siaran digital untuk TV yang analog tidaklah terlalu mahal.
Receiver ini hanya tinggal pasang antena dan kemudian AV nya colokkan ke TV.
Untuk siaran TV satelit namanya DVB-S (Digital Video Broadcasting – Satelite).
Sedangkan untuk di daratan namanya DVB-T(Digital Video Broadcasting –
Terresterial)
Jika anda melihat Indosiar atau Metro TV atau RCTI melalui satelit anda bisa melihat siaran TV Digital. Tidak Harus plasma, Tidak harus HD, karena stasiun TV Nasional masih memakai SDTV meskipun mereka memancarkan secara digital lewat satelit Dengan memakai TV 14 inchi yang paling murahpun anda bisa menonton TV digital. Sedangkan jika anda membeli TV LCD, hampir semua bisa menerima signal Digital tanpa alat tambahan karena sudah dilengkapi dengan receiver digital.
Jika anda melihat Indosiar atau Metro TV atau RCTI melalui satelit anda bisa melihat siaran TV Digital. Tidak Harus plasma, Tidak harus HD, karena stasiun TV Nasional masih memakai SDTV meskipun mereka memancarkan secara digital lewat satelit Dengan memakai TV 14 inchi yang paling murahpun anda bisa menonton TV digital. Sedangkan jika anda membeli TV LCD, hampir semua bisa menerima signal Digital tanpa alat tambahan karena sudah dilengkapi dengan receiver digital.
Dengan keterbatasan alokasi frekuensi yang
digunakan untuk penyiaran media TV, tentunya akan mengakibatkan jumlah
informasi yang diperoleh masyarakat melalui siaran TV menjadi terbatas dan
kurang berimbang. Hal inilah yang dijadikan pemerintah untuk untuk melakukan
migrasi dari siaran TV Analog ke siaran TV Digital.
·
Dampak
Penyiaran TV Digital
Dampak PositifBanyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital antara lain:
1.
Kualitas gambar yang lebih
halus dan tajam,
2.
Pengurangan terhadap efek
noise,
3.
Kemudahan untuk recovery pada
penerima dengan error correction code, serta
4.
Mengurangi efek dopler jika
menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus, maupun
kereta api).
5.
Selain itu sinyal digital dapat
menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada
tv digital tidak sebesar tv analog.
Dampak NegatifDisamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
1.
Regulasi bidang penyiaran yang
harus diperbaiki,
2.
Standardisasi yang harus segera
ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan,
3.
Industri pendukung yang harus
segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
4.
Jika kanal TV digital ini
diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV
siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka
kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta
eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di
kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.
·
Prospek
masa depan penyiaran televisi dikaitkan dengan adanya digitalisasi system
siaran televisi
Adanya kemajuan
teknologi di Indonesia terutama dalam bidang komunikasi kita patut bangga pada
hal tersebut. Karena munculnya televise digital saat ini sungguh akan sangat
membantu kita dalam mempermudah mendapat atau membagikan informasi secara lebih
cepat dan baik. Namun, masa transisi dari Tv analog menuju Tv digital
membutuhkan waktu dan poenyesuaian yang cukup terutama bagi para industry
televisi yang harus mengganti perangkat analognya menjadi digital pula,
perangkat-perangkat tersebut tidaklah murah harganya maka dari itu dibutuhkan
waktu yang cukup untuk melakukan transisi secara total menuju Tv digital.
Industri televisi
yang masih menggunakan analog akan merugi dikarenakan siaran yang dilakukan mengalami pengurangan
jumlah peminat, karena dengan menggunakan televisi digital penonton bisa
memilih program acara yang ia inginkan sendiri selain itu pula program-program
acara yang dihadirkan juga beraneka ragam dan sangat menarik. Karena
keunggulannya tersebut tv digital mampu mengalahkan pasar tv analog. Namun
setiap industri televisi Indonesia di tuntut untuk mengganti transmisi pemancar
meraka yang semula analog menjadi digital. Perangkat pemancar digital tersebut
tidak murah harganya maka dari itu membutuhkan modal yang cukup besar untuk
mengganti alat pemancar tersebut, itu juga merupakan hal yang paling utama untuk
dipertimbangkan bagi industri televise Indonesia.
Namun bagi masyarakat yang beluum mampu
membeli tv digital ada cara untuk mendapatkan siaran tv digital walau masih
menggunakan tv analog. Agar dapat menerima penyiaran
digital, diperlukan pesawat TV digital. Jika ingin menggunakan pesawat televisi
analog, penyiaran digital dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut kotak konverter (Set Top Box). Ketika menggunakan pesawat televisi analog, sinyal
penyiaran digital akan dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal analog.
Dengan demikian pengguna pesawat televisi analog tetap dapat menikmati siaran
televisi digital. Pengguna televisi analog tetap dapat menggunakan siaran
analog dan secara perlahan-lahan beralih ke teknologi siaran digital tanpa
terputus layanan siaran yang digunakan selama ini.
Proses transisi yang berjalan secara perlahan dapat
meminimalkan risiko kerugian terutama yang dihadapi oleh operator televisi dan
masyarakat. Resiko tersebut antara lain berupa informasi mengenai program
siaran dan perangkat tambahan yang harus dipasang tersebut. Sebelum masyarakat
mampu mengganti televisi analognya menjadi televisi digital, masyarakat
menerima siaran analog dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi operator televisi, risiko kerugian berasal dari biaya
membangun infrastruktur televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal
dibandingkan dengan membangun infrastruktur televisi analog. Operator televisi
dapat memanfaatkan infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini
seperti studio, bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya
apabila operator televisi dapat menerapkan pola kerja dengan calon
penyelenggara TV digital. Penerapan pola kerja dengan calon penyelenggara
digital pada akhirnya menyebabkan operator televisi tidak dihadapkan pada
risiko yang berlebihan. Di kemudian hari, penyelenggara penyiaran televisi
digital dapat dibedakan ke dalam dua posisi yaitu menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi.
·
Dampak yang timbul akibat adanya
siaran digital di Indonesia
Dampak yang
timbul dengan adanya siaran digital di Indonesia sangatlah banyak dilihat dari
keunggulan televisi digital tersebut. Seperti dampak dalam bidang ekonomi,
politik, psikologis masyarakat dan dampak bagi pendidikan di Indonesia. Semakin
beraneka ragamnya program acara yang disajikan oleh pihak industri televise
membuat masyarakat mampu lebih berminat untuk menonton televisi.
Dampak langsung
hadirnya TV digital bagi masyarakat adalah bertambahnya pilihan program atau
siaran televisi. Saat ini saja, pemirsa di wilayah Surabaya dan sekitarnya bisa
menangkap 21 kanal televisi analog, yaitu TVRI ditambah 10 televisi swasta
nasional, yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, ANTN, TPI/MNC, TV One, Metro TV, Trans
TV, Trans7, dan Global TV. Ditambah lagi 10 televisi lokal, yaitu JTV, SBO, TV
Anak, Arek TV, BCTV, BBS TV, TV9, MHTV dan MNTV. Belum lagi jika pemerintah
nanti membuka peluang pihak swasta bermain di televisi digital.
Dari dampak
langsung itu saja kita mampu memprediksikan secara umum dampak-dampak apa yang
akan terjadi apabila tv digital berkembang ddengan baik di Indonesia. Dampak
baiknya dapat kita ketahui semakin banyak siaran tv yang di dapatkan secara
otomatis pula semakin banyak pula informasi yang mampu kita dapatkan. Namun,
tidak akan hanya dampak positif saja dampak negatif siaran tv yang akan
memepengaruhi masyarakat pun akan menjadi sangat besar pula. Secara psikologis
orang yang tertarik pada sesuatu akan memiliki suatu intensitas tinggi untuk
mencari dan mengetahui dengan rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu
ketertarikannya tersebut. Sama halnya pada televisi, apabila banyak orang yang
terlalu tertarik pada program-program acara yang ada di televise maka ia akan
menjadi malas dan merasa nyaman dengan televise.
Dampak
negatif apabila mampu mempengaruhi remaja-remaja atau anak-anak yang masih
duduk di bangku sekolah akan menjadikannya malas untuk belajar sehingga mampu
menurunkan kualitas mutu pendidikan yang ada. Bagi orang tua sendiri yang sudah
terhipnotis dengan acara-acara televise yang menarik tersebut akan malas dan
jarang bergerak ia nyaman dengan televisinya dan itu sungguh tidak baik bagi
kesehatan para penonton. Karena dengan kita kurang bergerak mampu berdampak
pada kesehatan seperti penyakit kolesterol, ginjal, dll. Namun apabila
pemerntah dan masyarakat mampu mengerti damapak yang akan terjadi bagi
perkembangan Indonesia pasti akan mengerti pola yang akan diterapkan dalm
menerima teknologi baru yang hadir.
Munculnya
TVRI Digital diharapkan bisa menjadi penyeimbang dominasi televisi swasta
nasional yang selalu disetir rating dan selera pasar. TVRI diharapkan bisa
meraih kembali kepercayaan publik dengan menyuguhkan program-program
berkualitas yang dibutuhkan publik. Publik butuh alternatif karena mereka
sebenarnya jenuh dengan tayangan televisi swasta yang banyak menonjolkan
kekerasan, mistik, seksualitas dan gaya hidup hedonis.
Siaran
digital juga membuat tayangan gambar serta suara lebih jernih dan jelas meski
alat penerima dalam keadaan bergerak. Layar kaca kita juga bisa diselipi
berbagai fitur data dan informasi, seperti ramalan cuaca, info bursa saham,
serta tampilan seluruh jadwal acara berikut sinopsis program tertentu dalam
Electronics Program Guide (EPG).
Digitalisasi
otomatis bisa menghemat penggunaan frekuensi sehingga memungkinkan dibukanya
peluang pendirian stasiun televisi baru dengan konten yang lebih kreatif,
menarik, dan bervariasi. Sejak 2008, pemerintah telah mengeluarkan moratorium
atau penghentian pengajuan izin baru televisi. Ini karena rasio ketersediaan kanal
dan pengajuan izin televisi sangat tidak berimbang. Banyak televisi nasional
maupun lokal yang tak bisa mendapatkan izin frekuensi di wilayah layanan
tertentu karena keterbatasan kanal.
Yang
mengkhawatirkan, hadirnya televisi digital tentu akan memperkeras persaingan.
Kompetisi antar televisi analog yang di berbagai kota besar jumlahnya mencapai
15-20-an stasiun itu saja sudah berat dalam merebut kue iklan. Apalagi ditambah
pemain baru di ranah digital.
Belum lagi,
sesuai Permenkominfo No 39 Tahun 2009 tentang Kerangka Dasar Penyelenggaraan
Penyiaran Televisi Digital, pemegang izin penyiaran analog sudah harus
mengembalikan frekuensinya paling lambat akhir Desember 2017. Padahal, tidak
ada jaminan mereka mendapat kanal frekuensi digital. Bagi televisi yang sudah
untung tidak masalah. Persoalannya, masih banyak televisi merugi, terutama
stasiun-stasiun televisi lokal, akibat tak berjalannya Sistem Siaran Jaringan
(SSJ).
Saat ini populasi
pesawat televisi tidak kurang dari 40 juta unit, dengan pemirsa lebih dari 200
juta orang, jauh lebih banyak dibandingkan dengan komputer, misalnya, yang ada
hanya sekitar 5,9 juta unit. Terlihat bahwa penggemar televisi begitu banyak di
Indonesia .Kemunculan
televisi digital di indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena
selama ini masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan
televisi-televisi analog. Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus
diterima dengan peralihan ke TV digital ini adalah:
·
Perlunya pesawat TV baru atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner
baru yang harganya bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan
dampak yang besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia
masih menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi
digital ini dapat mematikan usaha-usaha kecil yang selama ini telah ada.
Karenanya hal ini mewajibkan Pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci
kepada masyarakat.
·
Mahalnya
perangkat transmisi dan operasional broadcast berbasis tehnologi digital
merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia. Bagaimanapun untuk bisa
menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar memang harus diganti
dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi frekuensi secara digital.
Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja dengan tingkat persaingan antar
sesama radio dan televisi swasta nasional saja sudah sangat berat, apalagi
untuk harus mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan untuk digunakan bagi
digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi, stasiun televisi harus siaran
multicast atau operasional di dua saluran secara paralel: analog dan digital,
karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat membeli
televisi digital.
·
Sistem pemrosesan sinyalnya. Pada sistem digital, karena diperlukan
tambahan proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di penerima, maka TV Digital ini
akan sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan TV Analog. Ketika TV analog sudah
menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa detik menampilkan
gambar sebelumnya.
·
Bagaimana soal akses pada jaringan media serta kondisi sistem akses itu
sendiri. Persoalan seperti pengaturan decoder TV digital maupun content
media menjadi layak kaji dalam hal ini. Dan akses pada spektrum
frekuensi
·
Bagaimanapun pada era penyiaran digital telah terjadi konvergensi
antarteknologi penyiaran (broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan
teknologi internet (IT). Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut
sudah menyatu dalam satu media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat
untuk memperoleh ataupun menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan
terbuka
·
Terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran
digital, yang memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih
banyak, akan membuka peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam
menjalankan fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat
luas untuk terlibat dalam industri penyiaran ini.
·
Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang
rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia,
industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru
untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.
Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi
http://vranandaajahh.blogspot.com/2009/05/pengertian-tv-digital.html
Thank's gan infonya !!!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id